Terkadang saya berpikir, seandainya saya yang ada di posisi dya, mungkin saya sudah mengajukan surat resign sejak lama. Bahkan sampai ia rela mengorbankan keluarganya, waktu untuk berkumpul dengan anak dan istrinya demi pekerjaan dan tanggung jawabnya, tak peduli rasa lelah yang di deritanya,,,
Saya berpikir, manusia macam apa sebenarnya dya itu,,,,????
Bahkan saya yakin dya pantas di hargai lebih di luar sana, tapi apa yang dya dapat di perusahaan ini tak sebanding dengan apa yang telah dya lakukan untuk perusahaan ini.
Satu hal yang ia jelaskan pada saya, IKHLAS. Dya ikhlas menjalankan semuanya, tanpa melihat embel embel apakah nantinya dya akan mendapat prestasi atas hasilnya, tanpa embel embel apakah dya akan di hargai atau tidak, ia melakukan semua itu atas dasar ikhlas. Karena bagi dya, ketika kita sudah ikhlas dalam melakukan suatu pekerjaan tak kan ada lagi rasa lelah, tak akan ada lagi rasa cape, semua akan tergantikan oleh rasa puas di samping itu yang jauh lebih besar yaitu mendapatkan keberkahan atas apa yang ia lakukan.
Saya malu, benar benar malu dengan diri saya sendiri, seolah saya mendapatkan tamparan keras. Saya mungkin belum bisa seperti dya, mungkin juga tak akan bisa seperti dya, butuh proses untuk bisa menjadi manusia seperti dya, dan proses itu sangat sangat panjang. Saya tipe manusia yang mudah mengeluh, sedikit lebih dari jam kerja normal saya akan berontak, saya belum bisa menjadi manusia ikhlas. Ikhlas yang benar benar ikhlas. Saya harus banyak belajar dari dya, sosok yang benar benar ikhlas menjalankan segala tanggung jawab tanpa pamrih ataupun pengharapan apapun,,,,
Tuhan saya malu, benar benar malu dengan sebesar besar malu, tolong ajari saya cara menjadi manusia Yang ikhlas sebenar benar ikhlas Tanpa pamrih Tanpa pengharapan apapun,,,
Saya benar benar mendapat pelajaran hari Itu,,,,